Sebut Saja, Merah.

Bolehkah aku bercerita tentang dia yang telah aku tinggal pergi kemudian aku kembali karena dia setia menanti?

Bagaimana caranya menyakinkannya dengan diriku yang sekarang? karena kepalaku telah dipenuhi berbagai macam asumsi diri yang tentu itu sangat membosankan, menjengkelkan bahkan penuh dengan kemarahan.

Bagaimana caranya aku bisa kembali dengannya tanpa perasaan bersalah yang ikut serta dalam langkahku kembali?

Ohya, maaf. Aku belum memperkenalakan diriku. Hai, Sebut saja aku Merah. Bukan, aku bukan Fajar Merah. Aku adalah merah senja. Yang sebetulnyan itu lebih mirip orange kan ya? Tapi, begitulah. Ayahku memberikan nama itu ketika aku dilahirkan. Aku adalah anak terakhir dan satu-satunya lelaki yang ada di keluargaku.

Aku benci ibu!

Waktu aku kecil, aku sering melihat ayah dan ibu bertengkar. Persoalannya macam-macam, ada yang karena pekerjaan yang tidak bisa dibagi rata. Ada juga karena urusan penghasilan yang mungkin tidak seimbang. Ibuku lebih berpenghasilan daripada ayahku. Ibuku nggak terima, Ayah apalagi.

Tak terasa, aku menyimpan dendam begitu lama. Hingga aku dewasa! Hingga ke urusan pacaran. Aku tidak ingin wanita lebih tinggi dariku. Aapapun bidangnya. Sebisa mungkin aku 'menjajah'.

Bagiku, wanita itu patut dididik. Dikeras. Dan diintimidasi!

Aku seiring marah dan beradu argumen dengan pacarku yang beberapa waktu lalu aku putuskan. Dia sangat menjengkelkan! Dia tidak pernah nurut sama beberapa hal yang aku minta. Dia memang orang yang keras kepala. Tapi lebih keras kepala aku sebenarnya.

Beberapa waktu yang lalu, aku bertemu dengannya lagi. Sebenarnya aku dan dia sudah merencanakan pernikahan. Tetapi, api amarahku tersulut. Aku marah gegara dia tidak memberi tahuku soal bagaimana caranya bisa membikin milkshake coklat.

Mungkin ini tidak penting. Tapi begitulah. Egoku dan Egonya masih sangat tinggi. Dan tiba-tiba aku menyadari bahwa aku masih menyimpan dendam kepada ibuku, makanya aku juga dendam dengannya. Sebenarnya aku hanya ingin dia mengerti aku, aku juga ingin dihormatai, dihargai, dan diperhatikan. Tapi, apakah aku sudah memperhatikannya? Sudah menghargainya sebagai wanita? Apakah aku sudah melakukan itu semua untuknya?


Komentar

Postingan Populer